STRATEGI PEMBELAJARAN
LANGSUNG
1
Strategi Belajar dan Mengajar.
Pada
setiap pengajaran ada tujuan yang harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan
tersebut kita perlu menyampaikan topik – topik yang didalamnya ada konsep – konsep yang harus
sampai pada siswa, dan untuk itu diperlukan pendekatan tertentu seperti
pemecahan masalah , latiahan soal , latih – hafal dan mungkin dengan pendekatan
yang lainnya.
Andi
Hakim Nasution ( 1988 : 243 ) menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang
berkaitan dengan suatu materi kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan
dipenggaruhi oleh empat komponen pokok yaitu pembawa materi , penyaji materi ,
pendekatan dan penerima materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan
strategi belajar mengajar.
Pada
pengajaran matematika sampai sekarang ini masih menggunakan strategi belajar
mengajar langsung dan sempit. Maksudnya adlah materi pelajaran yang dibawakan
guru itu sempit ( dikumpulkan oleh guru itu sendiri ) , penyajinya guru itu
sendiri pendekatan yang digunakan deduktif dan siswa yang menerimanya adalah
kelompok besar, padahal bila dilihat dari kombinasi yang ada dalam strategi
pembelajaran paling tidak ada 81 kombinasi yang dapat dilaksanakan dalam
pengajaran.
2
Strategi Pembelajaran Aktif
a.
Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
Strategi
merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut
di atas sering digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra &
Tita Rosita ( 1995: 124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau
siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau
prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai
tujuan belajarnya.
Sedangkan pembelajaran aktif
menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah
suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika
peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas
pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (2006:35-41) menyatakan lingkungan fisik
dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga
dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk
menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun
begitu di tidak ada satu susunan atau
tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh
kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut:
bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang
kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional,
auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman
(1994:46) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis berroda lebih
memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang
bergairah.
Aktifitas siswa belajar di
kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas. Boakes dalam Mar’at (1984:110) menyatakan
bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik)
dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan
perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan
dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa
Basleman (1994:46) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang
harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar.
Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan
mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas.
Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa
kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya
dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman
(2006:30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa
dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali
hal-hal baru.
Dari pembahasan di atas, tip
– tip dibawah ini dapat digunakan guru untuk mengarah pada strategi
pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam belajar:
1) Selalu berpenampilan menarik dan penuh
wibawa.
Kesan pertama siswa saat bertemu gurunya
adalah fisik dari guru tersebut. dengan penampilan yang menarik dan penuh
wibawa akan membuat kesan yang positif dari siswa, sehingga dengan mudah guru
akan dapat membawa siswa kedalam suasana belajar yang guru inginkan.
2) Manfaatkan pertemuan pertama dengan siswa
untuk perkenalan antar warga kelas, tunjukkan cara-cara belajar matematika yang
baik, buatlah kesepakatan (kontrak) terkait norma-norma yang harus dipatuhi
oleh warga kelas.
3) Buatlah formasi tata letak meja, kursi,
pajangan dinding, dan perabot kelas yang lain sesuai dengan kesepakatan warga
kelas dan kebutuhan.
4) Siapkan semua peralatan yang akan digunakan di dalam ruang kelas
sebelum memulai pembelajaran.
5) Mulailah proses belajar mengajar dengan
materi yang ringan tetapi menantang yang
dapat merangsang siswa turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada materi yang
akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan siswa dalam proses belajar
mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi
yang kita ajarkan agar siswa lebih mudah memahami materi yang kita berikan.
6) Selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran
tepat waktu serta dengan salam yang menghangatkan, yaitu salam penuh kasih dan
hormat.
7) Gunakan bahasa yang santun, hormat, dan
dengan nada bicara yang lembut.
8) Memahami dan menghormati berbagai perbedaan
yang ada.
9)
Menghormati kerahasiaan setiap siswa
10) Tidak
merendahkan dan mencemooh siswa
11) Memberi
kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk bicara dan jangan mengintrupsi
pembicaraan siswa
12) Bila
seorang siswa mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang baik dan
selanjutnya berikan kesempatan kepada
siswa lain untuk memahaminya dan memberikan komentarnya.
13) Memahami
dan menghormati pendapat setiap siswa, bila perlu melancarkan kritik: gunakan
bahasa yang mengayomi, dan bila kritik bersifat pribadi seyogyanya dilakukan di
ruang khusus.
14) Sekali
waktu, berilah kesempatan kepada siswa untuk memberikan saran atau kritik guna
perbaikan proses pembelajaran.
15) Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan
siswa di luar kelas.
b.
Prosedur Pembelajaran Aktif
Proses
pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang
terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir
(penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan
sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan siswa pada setiap bagian kegiatan
secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)
Prosedur
Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Awal Pembelajaran
Dimensi pertama
dalam peristiwa belajar matematika adalah membangun sikap dan persepsi positif
terhadap belajar dan matematika sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk
terlibat dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan siswa belajar
matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi positif
siswa harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal yang harus
dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan
rasa ingin tahu, dan merangsang siswa untuk berfikir. Bila minat siswa, rasa
ingin tahu siswa telah bangkit, serta
siswa telah terangsang untuk berfikir ini berarti siswa telah siap
secara mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika, dan bila terjadi sebaliknya berarti secara
mental siswa belum siap terlibat dalam pembelajaran.
Dengan memodifikasi
strategi berbagi pengetahuan secara aktif, Silberman (2006:100-102), mengawali kegiatan
pembelajaran aktif dengan prosedur sebagai
berikut:
a)
Tentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal
pembelajaran.
b) Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan
siswa.
c)
Sediakan
daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika yang akan
diajarkan. Misalnya:
(1)
kata-kata untuk didefinisikan,
(2)
soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah
dikenal,
(3)
pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam
kehidupan sehari-hari.
b)
Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.
c)
Perintahkan siswa untuk menyebar di kelas, menanyakan
kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya,
Doronglah siswa untuk saling membantu.
d)
Perintahkan untuk kembali ke tempat semula dan gunakan
teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan.
e)
Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya
merangsang berfikir siswa menjawab pertanyaan yang tak satupun siswa bisa
menjawab.
f)
Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam
kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi
pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara
umum, manusia tidak menyukai suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh
karenanya perlu dipilih kegiatan lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut
ini dapat menjadi alternatif pilihan.
(1)
Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan
kartu indeks dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang menurut
siswa akurat tentang materi yang akan diajarkan.
(2)
Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi
pertukaran pendapat antar kelompok belajar di kelas.
No comments:
Post a Comment