BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
menyongsong era globalisasi ini, dibutuhkan suatu modal agar kita dapat sukses
melalui era ini. Modal yang terpenting adalah kualitas dari sumber daya
manusianya sendiri, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain tingkat
pendidikannya.
Dibutuhkan
bermacam faktor penunjang agar dapat tercapai tingkat pendidikan optimal yang
diharapkan. Selain sarana dan prasarana seperti tempat pendidikan, kondisi
sosial-ekonomi, lingkungan masyarakat, dan keluarga yang menunjang tercapainya
tingkat pendidikan yang baik, ada satu faktor penting lain yang berasal dari
dalam sumber daya manusianya sendiri, yaitu faktor kecerdasan. Banyak faktor
yang dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan anak, yaitu faktor internal
(dari dalam diri anak itu sendiri) dan faktor eksternal (faktor luar).
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala
usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan
belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif
(penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan
informasi yang seobyektif mungkin.
Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan
kesulitan
belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis
belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat
kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya
perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan
masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi
kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat,
untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta
BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang
terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar
siswa.
B. Tujuan
Tujuan pembahasan dalam
makalah ini adalah :
a. Mengidintifikasi berbagai permasalahan kesulitan pembelajaran.
b. Mengkaji berbagai persoalan tentang permasalahan belajar.
c. Alternatif mengatasi permasalahan pembelajaran
a. Mengidintifikasi berbagai permasalahan kesulitan pembelajaran.
b. Mengkaji berbagai persoalan tentang permasalahan belajar.
c. Alternatif mengatasi permasalahan pembelajaran
C.
Rumusan
Masalah
1. Apa
itu kesulitan belajar ?
2. Factor
apa yang mempengaruhi kesulitan belajar
3. Ciri-ciri
kesulitan belajar
4. Solusi
dalam kesulitan belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Pengertian
Kesulitan Belajar
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai
hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara
stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon
Kesulitan belajar
yang didefenisikan oleh The United States Office of Education (USOE) yang
dikutip oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah
suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan. Sedangkan menurut Sunarta (1985 : 7)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah “kesulitan yag
dialami oleh siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya, sehingga berakibat prestasi
belajarnya rendah dan perubahan tingkahlaku yang terjadi tidak sesuai dengan
partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman kelasnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa
kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana
anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada
dasarnya adalah suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi
tingkahlaku, baik secara langsung maupun tidak langsung.
B.
Kesulitan Belajar
1. Learning Disorder
Learning
disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang
mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang
bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi
yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras
seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam
belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
2. Learning
Disfunction
Learning
Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet
bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia
tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
3. Under
Achiever
Under
Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong
rendah. Contoh : siswa yang telah dites
kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ =
130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat
rendah.
4. Slow Learner
Slow
Learning atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa
lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
5. Learning
Disabilities
Learning Disabilities atau ketidakmampuan
belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Dari
sedikit penjelasan diatas, dirasakan bahwa orangtua perlu mengetahui bentuk
kesulitan belajar yang dialami oleh putra/puteri mereka agar lebih mengerti
bentuk kesulitan yang putera/puteri mereka hadapi. Banyak orangtua yang juga
bertanya dan bingung tentang pendidikan dan prestasi belajar anak, baik
di sekolah maupun dirumah.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
Menurut
Slameto (2003 : 54), faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar ada dua,
yaitu :
1. Faktor
Intern
Faktor intern
adalah faktor yang ada di dalam individu yang sedang belajar. Dalam
membicarakan faktor intern ini, penulis akan membahasnya menjadi 2 faktor,
yaitu faktor fisilogis dan faktor psikologis
a. Factor
fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat
berperan terhadap kemampuan bagi seseorang, anak yang dalam keadaan segar
jasmaninya akan berbeda belajarnya dengan anak yang ada dalam kelelahan.
Anak-anak yang kurang gizi akan mudah cepat lelah, mudah mengantuk sehingga
dalam kegiatan belajarnya mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran.
b. Factor
psikologi
Adapun yang
termasuk faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar antara lain
adalah inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan
(Slameto, 1999 : 55)
·
Perhatian
- Menurut al-Ghazali (2001) dalam Slameto (2003) bahwa perhatian adalah
keaktifan jiwa yang dipertinggi jiwa itupun bertujuan semata-mata kepada suatu
benda atau hal (objek) atau sekumpulan obyek.
·
Bakat
- Menurut Hilgard dalam Slameto (2003) bahwa bakat adalah the capacity to
learn. Dengan kata lain, bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu
akan terealisasi pencapaian kecakapan yang nyata sesudah belajar atau terlatih.
Kemudian menurut Muhibbin (2003) bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang
dimiliki oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
·
Minat
- Menurut Jersild dan Taisch dalam Nurkencana (1996) bahwa minat adalah
menyakut aktivitas-aktivitas yang dipilih secara bebas oleh individu. Minat
besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar siswa, siswa yang gemar membaca
akan dapat memperoleh berbagai pengetahuan dan teknologi.
·
Motivasi
- Menurut Slameto (2003) bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan
yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari
atau tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang
menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak
atau pendorongnya.
Jadi, dari pendapat di
atas dapat diasumsikan bahwa motivasi siswa dalam proses belajar mengajar,
sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar
siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan
dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
2. Faktor
ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang
ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu :
Kesulitan Belajar
·
Keluarga,
yang meliputi cara orang mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan.
·
Sekolah,
yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi
siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
·
Masyarakat,
yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyarakat.
D.
Ciri-ciri kesulitan belajar dan
Solusinya
1) Ciri-ciri Kesulitan Belajar
1. Prestasi
belajar rendah, yaitu nilai yang capai dibawah rata-rata anak sekelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar, seperti acuh, mudah tersinggung dll.
5. Anak didik bertingkah laku yang tidak seperti biasanya, seperti murung, sedih, menyendiri dari temannya dll.
6. Anak didik mendapatkan penurunan yang drastis dari prestasi yang diperoleh sebelumnya.
7. Anak didik sering tidak masuk tanpa keterangan.
8. Anak sering meninggalkan pelajaran tanpa alasan / bolos
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
3. Anak didik lambat dalam mengerjakan tugas-tugas belajar.
4. Anak didik menunjukkan tingkah laku yang kurang wajar, seperti acuh, mudah tersinggung dll.
5. Anak didik bertingkah laku yang tidak seperti biasanya, seperti murung, sedih, menyendiri dari temannya dll.
6. Anak didik mendapatkan penurunan yang drastis dari prestasi yang diperoleh sebelumnya.
7. Anak didik sering tidak masuk tanpa keterangan.
8. Anak sering meninggalkan pelajaran tanpa alasan / bolos
E.
Solusi dalam Kesulitan belajar
Secara
garis besar, langkah-langkah yang perlu dalam rangka mengatasi kesulitan
belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu : Kesulitan Belajar
1.
Pengumpulan
data - Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak
informasi sehingga perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut
pengumpulan data.
2.
Pengolahan
data - Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak
ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. Semua data harus
diolah dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar
yang dialami oleh anak.
3.
Diagnosis,
merupakan keputusan mengenai hasil dari pengolahan data.
4.
Prognosis,
merupakan aktivitas penyusunan rencana/program yang diharapkan dapt membantu
mengatasi masalah kesulitan belajar anak didik.
5.
Perlakuan,
yang merupakan pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami
kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap
prognosis tersebut.
6.
Evaluasi,
dimaksudkan untuk mengetahui apakah perlakuan yang telah diberikan berhasil
dengan baik, artinya ada kemampuan atau bahkan gagal sama sekali. (Ahmadi dan
Widodo, 2000: 96) Kesulitan Belajar
BAB
III
PENUTUP
Kesulitan dalam pembelajaran atau belajar merupakan suatu hal yang sering
ditemui oleh para pendidik, terutama guru. Sebagai upaya untuk memberikan
terapi terhadap permasalahan kesulitan belajar maka dapat ditempuh melalui
media klinik pembelajaran.
Klinik Pembelajaran merupakan wadah bagi guru untuk
melakukan serangkaian upaya yaitu kegiatan refleksi, penemuan masalah,
pemecahan masalah melalui beragam strategi untuk meningkatkan ketrampilan dalam
mengelola pembelajaran. Strategi utama yang digunakan adalah Penelitian
Tindakan Kelas.
Karena Klinik Pembelajaran merupakan milik bersama para guru, maka tempat
ini dapat digunakan dengan bebas untuk berdiskusi, melakukan refleksi atau merenung
tentang proses pembelajaran yang telah dijalani, bersimulasi, misalnya
bagaimana cara mengajarkan suatu konsep dengan menyenangkan, dan membuat
catatan bersama-sama dengan teman sejawat. Di Klinik Pembelajaran, para
supervisor akan membantu dalam melakukan berbagai kegiatan tersebut.
Dalam klinik pembelajaran analisis kesulitan pembelajaran dapat dilalui
dengan identifikasi kesulitan belajar, mengadakan diagnosis kesulitan belajar,
melakukan bimbingan dan konseling belajar, dan kemudian menetapkan model
pembelajaran serta mengatasi kesulitan belajar.
No comments:
Post a Comment