PENDEKATAN-PENDEKATAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pada dasarnya strategi dan pendekatan adalah berbeda.
Hal ini berarti strategi lebih sempit dari pada pendekatan. Pendekatan
kurikulum ialah cara kerja dengan cara menerapkan strategi dan metode yang
tepat dengan mengikut langkah-langkah pengembangan yang sistematis untuk
menghaislkan kurikulum yang lebih baik. Ada berbagai macam pendekatan yang
digunakan dalam mengembangkan kurikulum, yaitu :
Mula-mula
pelaksanan dalam perencanaan dan pengembanagan kurikulum itu berdasarkan
materi. Initi dari proses belajar megajara ialah ditentukan oleh pemilihan
materi. Pendekatan ini diterapkan di Indonesia dalm kurikulum sebelum kurikulum
1975. Kelebihan pendekatan ini ialah bahan pengajaran lebih flexible dan bebas
dalam menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya ialah tujuan pengajaran
kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan metode yang sesuai
untuk pengajaran.
2. Pendekatan
berorientasi pada tujuan
Pendekatn
ini menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi
sentral, sebab tujuan adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar
megajar . Penyusunana dengan pendekatan berdasarkan tujuan bahwa tujuan
pendidikan dicantumkan terlebih dahulu. Dari tujuan-tujuan ini menjadi tujuan
yang terperinci, yang akhirnya ke tujuan yang bersifat operasional.
3. Pendekatan dengan
pola organisasi bahan
Pendekatan
ini dapat dilihat dari pola pendekatan: subject matter curicululm, correlated
curriculum, dan integrated curriculum.
-
Pendekatan
pola subject matter curriculum. Pendekatan ini penekanannya pada mata pelajaran
secara terpisah-pisah, misalnya: sejarah, ilmu bumI, biologi dan lainnya. Mata
pelajaran ini tidak berhubungan satu dengan yang lainnya.
-
Pendekatan
pola correlated curriculum Pendekatan dengan pola mengkelompokkan beberapa mata
pelajaran yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Misalnya: IPA, IPS,
dan sebagainya.
-
Pendekatan
pola integrated curriculum
Pendekatan ini didasarkan kepada
keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak hanya
merupakan kesimpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu.
Dalam hal ini, tidak hanya melalui pelajaran yang terpisah-pisah, namun harus
dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batas tertentu dan masing-masing bahan pelajaran.
4. Pendekatan
rekonstruksionalisme
Pendekatan
ini memfokuskan kurikulum pada masalah penting yang dihadapi masyarakat,
seperti polusi, ledakan, penduduk, malapetaka akibat tujuan teknologi. Dalam
gerakan ini terdapat dua kelompok yang sangat berbeda pandangan terhadap
kurkulum, yaitu :
a.
Rekonstruksionalisme konservatif
Pendekatan ini mneganjurkan agar
pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun
masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang paling mendesak
yang dihadapi masyarakat.
b.
Rekonstruksionalisme radikal
Pendekatan ini menganjurkan agar
pendidik formal maupun non0formal mengabdikan diri demi tercapainya tatanan
social baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan kekayaan yang lebih adil dan
merata.
5. Pendekatan humanistic
Kurikulum
ini berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai
prasyarat dan sebagai bahan integral dari proses belajar. Para pendidk
humanistic yakin, bahwa kesejahteraan mental dan emosional siswa harus
dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu memberi hasil maksimal.
6. Pendekatan
akuntabilitas
Accountability
lemabaga pendidikan tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat akhir-akhir
ini menjadi hal penting dalam dunia pendidikan. Suatu sistem yang akuntabel
menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya
berdasarkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai satandar itu
1. Pendekatan bidang studi (pendekatan
subjek atau disiplin ilmu)
Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran
sebagai dasar organisasi kurikulum misalnya matematika, sains, sejarah IPS,
IPA, dan sebagainya
Seperti yang lazim kita dapati dalam sistim pendidikan kita
sekarang di semua sekolah dan universitas. Yang diutamakan dalam pendekatan ini
ialah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu tertentu. Tipe organisasi
ini sesuai dengan falsafah realisme. Pendekatan ini paling mudah dibandingkan
dengan pendekatan lainnya oleh sebab disiplin ilmu telah jelas Batasannya dan
karena itu lebih mudah mempertanggung jawabkan apa yang diajarkan.
2. Pendekatan Interdisipliner
Dibawah ini akan kita bicarakan beberapa
pendekatan interdisipliner dalam pengembangan kurikulum.
a. Pendekatan Broad-field
Pendekatan ini berusaha mengintegrasikan beberapa disiplin
atau mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu pengetahuan
tidak berada dalam vakum atau kehampaan akan tetapi merupakan bagian integral
dari kehidupan manusia.
Pendekatan broad-field ini juga dapat digunakan agar siswa
memahami hubungan yang kompleks antara kejadian-kejadian di dunia, misalnya
antara perang vietnam dan korea dengan kebangkitan ekonomi jepang dan
lain-lain.
b. Pendekatan Kurikulum Inti(core
curriculum)
Kurikulum ini banyak persamaannya dengan broad-field, karena
juga menggabungkan berbagai disiplin ilmu. kurikulum diberikan berdasarkan
suatu masalah sosial atau personal. Untuk memecahkan masalah itu digunakan
bahan dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan masalah itu.
c. Pendekatan Kurikulum Inti di Perguruan
Tinggi
Istilah inti (core) juga digunakan dalam kurikulum Perguruan
Tinggi. Dengan “core” dimaksud pengetahuan inti yang pokok yang diambil dari
semua disiplin ilmu yang dianggap esensial mengenai kebudayaan dan ilmu
pengetahuan yang dianggap layak dimiliki oleh tiap orang terdidik dan
terpelajar.
d. Pendekatan Kurikulum Fusi
Kurikulum ini men-fusi-kan atau menyatukan dua atau lebih
disiplin tradisional menjadi studi baru misalnya: geografi + botani + arkeologi menjadi earth sciences.
3. Pendekatan Rekonstruksionisme
Pendekatan ini juga disebut Rekonstruksi Sosial karena
memfokuskan kurikulum pada masalah-masalah penting yang dihadapi dalam
masyarakat ,seperti polusi, ledakan penduduk dan lain-lain.
Dalam gerakan rekonstruksionisme ini terdapat dua kelompok
utama yang sangat berbeda pandangannya tentang kurikulum, yaitu rekonstruksionisme
konservatif dan rekonstruksionisme radikal.
1) Rekonstruksionisme konservatif. Aliran
ini menginginkan agar pendidikan ditujukan pada peningkatan mutu kehidupan
individu maupun masyarakat dengan mencari penyelesaian masalah-masalah yang
paling mendesak yang dihadapi masyarakat.
Peranan guru ialah sebagai orang yang menganjurkan perubahan
mendorong siswa menjadi partisipan aktif dalam masyarakat. Pendekatan
kurikulum ini konsisten dengan falsafah pragmatisme.
2) Rekonstruksionisme Radikal. Aliran ini
berpendapat bahwa banyak negara mengadakan pembangunan dengan merugikan
rakyat kecil yang miskin yang merupakan mayoritas masyarakat. Golongan
radikal ini menganjurkan agar pendidik formal maupun non-formal mengabdikan
diri demi tercapainya orde sosial baru berdasarkan pembagian kekuasaan dan
kekayaan yang lebih adil dan merata.
4. Pendekatan Humanistik
Kurikulum ini berpusat pada siswa, dan mengutamakan
perkembangan efektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari
proses belajar. Para pendidik humanistic yakin, bahwa kesejahteraan mental dan
emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu
memberi hasil maksimal.
Pendekatan humanistic dalam kurikulum didasarkan atas
asumsi-asumsi yang berikut:
·
Siswa
akan lebih giat belajar dan bekerja bila harga dirinya dikembangkan sepenuhnya.
·
Siswa
yang diturut-sertakan dalam perencanaan dan pelaksanaan pelajaran akan
merasa bertanggung jawab atas keberhasilannya.
·
Hasil
belajar akan meningkat dalam suasana belajar yang diliputi oleh rasa saling
mempercayai, saling membantu, dan bebas dari ketegangan yang berlebihan.
·
Guru
yang berperan sebagai fasilitator belajar memberi tanggung jawab kepada
siswa atas kegiatan belajarnya.
·
Kepedulian
siswa akan pelajaran memegang peranan penting dalam penguasaan bahan pelajaran
itu.
·
Evaluasi
diri bagian penting dalam proses belajar yang memupuk rasa harga diri.
5. Pendekatan “Accountability”
Accountability atau pertanggung jawaban lembaga pendidikan
tentang pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai
pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut banyak
pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti
yang sebenarnya menjadi latihan belaka.
Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya
diperkenalkan Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini.
Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “scientific management” atau
manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan pekerja
dalam waktu tertentu.
6. Pendekatan Pembangunan Nasional
Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
1. Pendidikan kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan
dalam tiga kategori:
·
Warganegara
yang apatis
·
Warganegara
yang pasif
·
Warganegara
yang aktif
2. Pendidikan sebagai alat pembangunan
nasional
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang kurikulum
bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan analisis jabatan yang akan
diduduki.
3. Pendidikan keterampilan praktis bagi
kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari- hari
dapat dibagi dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan
akan tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
·
Keterampilan
untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi suatu negara.
·
Keterampilan
untuk mengembangkan masyarakat.
·
Keterampilan
untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
·
Keterampilan
sebagai warganegara yang baik.
No comments:
Post a Comment