SALAM

Assalamualaikum SELAMATDATANG DI BLOG DEVI LESTARI

Sunday, October 28, 2012

Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak


Strategi pembelajaran akidah akhlak.
Pendidikan Akidah Akhlak pada tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) terfokus pada bahan-bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami Rukun Iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya.
Mata pelajaran Akidah Akhlak bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang Akidah dan Akhlak Islam. Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak, meliputi: (a) Aspek keimanan, (b). Aspek akhlak (c). Aspek keteladanan
Pemilihan strategi dan model pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran di kelas. Kecerdasan guru dalam mendesain strategi pembelajaran akan menjadi daya tarik tersendiri bagi penumbuhan minat peserta didik. Sebaliknya pemilihan strategi \yang kurang tepat akan berimplikasi pada minimnya efektifitas pembelajaran dan dapat mengurangi daya capai yang diinginkan.
Pada sisi yang lain, pengalaman selama ini menunjukkan bahwa materi akidah sering kali terjebak dalam model pembelajaran yang lebih bersifat indoktrinasi dalam arti materi disajikan dengan padat alasan-alasan normatif tanpa mempertimbangkan perkembagan daya nalar peserta didik. Akibatnya agama bagi peserta didik hanya dipahami secara doktriner tanpa mereka mengerti mengapa ia harus berlaku demikian? Lebih-lebih menyangkut materi akhlak setiap peserta didik idealnya mengetahui alasan (reasoning) mengapa sebuah perilaku  perlu dilakukan? Reasoning inilah yang dapat memperkuat daya kepemelukan anak terhadap prinsip moral dan keagamaan mereka.
Pemilihan guru pada model pembelajaran tertentu, tentulah sangat terkait dengan berbagai hal, misalnya : karakteristik mata pelajaran, SKKD dan indikator-indikatornya, jumlah dan kemampuan peserta didik, dan lain-lain. Misalnya saat seorang guru akan mengajar tentang materi tauhid, guru harus mempertimbangkan bahwa materi tersebut terdapat karakteristik yang bersifat indoktrinasi.
Untuk itu, diperlukan model pembelajaran langsung. Ketika guru harus menjelaskan bahwa Allah itu Esa (tauhid) guru harus mengerahkan seluruh ketrampilannya agar dapat menyakinkan kepada peserta didik. Namun saat guru harus menjelaskan aspek akhlak, maka guru dapat memilih antara model kooperatif atau model pembelajaran berbasis masalah, tergantung dari indikator mana yang ingin ditekankan.
Sebagai tambahan ada hal yang perlu dipertimbangkan guru saat akan menyampaikan materi-materi yang menyangkut Akidah Akhlak, yaitu menyangkut pemahaman Saudara tentang karakteristik psikologis keberagamaan peserta didik. Pertama, keberagamaan anak sangat tergantung pada otoritas orang tuanya (older) atau orang lain yang lebih tua (elder). Dalam hal ini guru termasuk dalam kelompok elder.
Kedua, keberagamaan anak belum merupakan sebuah refleksi pemikiran pribadi. Karena keberagamaan diterima berdasarkan otoritas orang lain maka konsekuensinya keberagamaan anak belum merupakan refleksi pemikiran pribadi. Ketiga, keberagamaan anak bersifat imitatif. Keberagamaan anak pada dasarnya berasal dari proses imitasi terhadap pribadi-pribadi di sekitarnya. Kedua orang tuanya, anggota keluarga yang lain juga guru-guru mereka merupakan model imitasi anak. Keempat, bersifat antrophomorphis. Artinya bahwa konsep anak tentang Tuhan dibangun melalui citra manusia. Kelima bersifat egosentris.
Salah satu model pembelajaran Aqidah Akhlaq adalah Model Direct Instruction (DI). Model dirancang secara khusus untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran, terutama mengenai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Menghafal kalimat tauhid dan terjemahannya adalah contoh pengetahuan deklaratif secara sederhana.

Sebelum diuraikan langkah-langkah model pembelajaran langsung terlebih dahulu diuraikan beberapa hal yang harus dipahami oleh setiap guru yang akan menggunakan strategi ini.
Rumuskan tujuan yang ingin dicapai.
Merumuskan tujuan merupakan langkah pertama yang harus dipersiapkan guru. Tujuan yang ingin dicapai sebaiknya dirumuskan dalam bentuk perubahan tingkah laku yang spesifik yang berorientasi kepada hasil belajar. Tujuan yang spesifik dapat memperjelas kepada arah yang ingin dicapai. Dengan demikian melalui tujuan yang jelas selain dapat membimbing siswa dalam menyimak materi pelajaran juga akan diketahui efektivitas dan efisiensi penggunaan model ini.
Kuasai materi pelajaran dengan baik.
Syarat paling penting dalam penggunaan model pembelajaran langsung ini penguasaan materi oleh guru. Penguasaan materi yang sempurna akan membuat kepercayaan diri guru  meningkat, sehingga guru akan mudah mengelola kelas, ia akan bebas bergerak, berani menatap siswa, tidak takut dengan perilaku-perilaku siswa yang dapat mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Kenali medan dan berbagai hal yang dapat mempengaruhi proses penyampaian.
Pengenalan medan yang baik memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat mengganggu proses penyajian materi pelajaran.
Dalam model pembelajaran langsung, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model langsung sangat tergantung pada langkah persiapan. Tujuan yang ingin dicapai dalam melakukan persiapan adalah membangkitkan motivasi dan rasa ingin tahu peserta didik. Oleh karena itu, sugesti yang bersifat positif amat diperlukan dalam langkah persiapan ini.

Di samping itu menyampaikan tujuan yang hendak dicapai merupakan hal penting dalam setiap proses pembelajaran. Dengan mengemukakan tujuan, peserta didik akan paham apa yang harus mereka kuasai serta mau dibawa kemana mereka. Dengan demikian tujuan merupakan pengikat, baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Sementara dalam langkah yang kedua atau langkah penyajian.
Kemampuan untuk mengkorelasikan manteri pelajaran dengan pengalaman internal peserta didik atau kondisi-kondisi eksternal peserta didik merupakan langkah yang tak terpisahkan dalam proses pembelajaran langsung. Misalnya ketika hendak menjelaskan tentang ke-MahaEsa-an Tuhan, guru dapat memberikan pertanyaan ringan (sebagai upaya analog sederhana).
Menyimpulkan dan mengaplikasikan adalah dua langkah terakhir dari proses pembelajaran langsung Direct Instruction/DI. Menyimpulkan berarti memberikan keyakinan kepada peserta didik tentang kebenaran suatu paparan. Menyimpulkan dapat dilakukan dengan beberapa cara,misalnya : mengulang inti materi yang menjadi pokok persoalan, bisa dengan ucapan sebagai berikut: “dengan demikian yakinkah anak-anak bahwa Allah Maha Esa?”, memberi beberapa pertanyaan yang relevan dan dengan cara maping/pemetaan pokok materi.
Sementara langkah aplikasi merupakan langkah untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah mereka menyimak presentasi guru. Misalnya meminta kepada peserta didik untuk mengucapkan lafal tauhid (Lailahailallah) secara bersama-sama.
Model pembelajaran langsung (Direct Instruction/DI) merupakan proses penyampaian materi secara verbal dari pendidik kepada sejumlah peserta didik. Model Direct Instruction/DI lebih berpusat pada pendidik ketimbang peserta didik. Pendidik menjadi instrumen paling penting dalam proses pembelajaran model Direct Instruction/DI, maka keberhasilan pengajaran sangat ditentukan oleh kemampuan pendidik dalam menyiapkan pembelajaran.
Lebih dari itu, dalam model pembelajaran Direct Instruction/DI ini kemampuan analisis SKKD dan indikator-indikatornya juga sangat penting, sehingga sewaktu presentasi guru dapat mengover seluruh tujuan pembelajaran materi tauhid, yakni mengetahui arti kalimat tauhid "Lailahaillallah", mampu mengucapkannya, menunjukkan contoh-contoh sederhana bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah serta mampu mengungkapkan perasaan beriman bahwa tidak mampu mengungkapkan perasaan beriman bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah dalam perbuatan sehari-hari. (*

Thursday, October 25, 2012

Strategi Pembelajaran Langsung


STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG

1        Strategi Belajar dan Mengajar.
      Pada setiap pengajaran ada tujuan yang harus dicapai dan untuk pencapaian tujuan tersebut kita perlu menyampaikan topik – topik yang  didalamnya ada konsep – konsep yang harus sampai pada siswa, dan untuk itu diperlukan pendekatan tertentu seperti pemecahan masalah , latiahan soal , latih – hafal dan mungkin dengan pendekatan yang lainnya.
      Andi Hakim Nasution ( 1988 : 243 ) menyatakan bahwa dalam suatu pengajaran yang berkaitan dengan suatu materi kurikulum tertentu prinsip keterlaksanaan dipenggaruhi oleh empat komponen pokok yaitu pembawa materi , penyaji materi , pendekatan dan penerima materi. Pengaturan materi kurikulum tersebut dinamakan strategi belajar mengajar.
      Pada pengajaran matematika sampai sekarang ini masih menggunakan strategi belajar mengajar langsung dan sempit. Maksudnya adlah materi pelajaran yang dibawakan guru itu sempit ( dikumpulkan oleh guru itu sendiri ) , penyajinya guru itu sendiri pendekatan yang digunakan deduktif dan siswa yang menerimanya adalah kelompok besar, padahal bila dilihat dari kombinasi yang ada dalam strategi pembelajaran paling tidak ada 81 kombinasi yang dapat dilaksanakan dalam pengajaran.

2        Strategi Pembelajaran Aktif
a.      Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif
      Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Di dalam kepustakaan pendidikan istilah-istilah tersebut di atas sering digunakan secara bergantian. Menurut Udin S. Winataputra & Tita Rosita ( 1995: 124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat. Sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu untuk mencapai tujuan belajarnya.
Sedangkan pembelajaran aktif menurut Hisyam Zaini, Bermawy Munthe & Sekar Ayu Aryani (2007:xvi) adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran. Di sisi lain, Silberman (2006:35-41) menyatakan lingkungan fisik dalam kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan belajar aktif. Sehingga dari pernyataan tersebut perlengkapan kelas perlu disusun ulang untuk menciptakan formasi tertentu yang sesuai dengan kondisi belajar siswa. Namun begitu  di tidak ada satu susunan atau tata letak yang mutlak ideal, namun ada banyak pilihan yang tersedia. Sepuluh kemungkinan susunan tata letak meja dan kursi yang disarankan sebagai berikut: bentuk U, gaya tim, meja konferensi, lingkaran, kelompok pada kelompok, ruang kerja, pengelompokan berpencar, formasi tanda pangkat, ruang kelas tradisional, auditorium. Sejalan dengan pendapat tersebut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan penggunaan meja, kursi dan papan tulis berroda lebih memungkinkan berlangsungnya proses interaksi belajar dan membelajarkan yang bergairah.
Aktifitas siswa belajar di kelas terwujud bila terjadi interaksi antar warga kelas.  Boakes dalam Mar’at (1984:110) menyatakan bahwa di dalam interaksi ada aktifitas yang bersifat resiprokal (timbal balik) dan berdasarkan atas kebutuhan bersama, ada aktifitas daripada pengungkapan perasaan, dan ada hubungan untuk tukar-menukar pengetahuan yang didasarkan take and give, yang semuanya dinyatakan dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan. Lebih lanjut, Syamsu Mappa dan Anisa Basleman (1994:46) menyatakan hubungan timbal balik antar warga kelas yang harmonis dapat merangsang terwujudnya masyarakat kelas yang gemar belajar. Dengan demikian, upaya mengaktifkan siswa belajar dapat dilakukan dengan mengupayakan timbulnya interaksi yang harmonis antar warga di dalam kelas. Interaksi ini akan terjadi bila setiap warga kelas melihat dan merasakan bahwa kegiatan belajar tersebut sebagai sarana memenuhi kebutuhannya. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, berdasarkan teori kebutuhan Maslow, Silberman (2006:30) menyatakan kebutuhan akan rasa aman harus dipenuhi sebelum bisa dipenuhinya kebutuhan untuk mencapai sesuatu, mengambil resiko, dan menggali hal-hal baru.
Dari pembahasan di atas, tip – tip dibawah ini dapat digunakan guru untuk mengarah pada strategi pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam  belajar:
1)      Selalu berpenampilan menarik dan penuh wibawa.
      Kesan pertama siswa saat bertemu gurunya adalah fisik dari guru tersebut. dengan penampilan yang menarik dan penuh wibawa akan membuat kesan yang positif dari siswa, sehingga dengan mudah guru akan dapat membawa siswa kedalam suasana belajar yang guru inginkan.
2)      Manfaatkan pertemuan pertama dengan siswa untuk perkenalan antar warga kelas, tunjukkan cara-cara belajar matematika yang baik, buatlah kesepakatan (kontrak) terkait norma-norma yang harus dipatuhi oleh warga kelas. 
3)      Buatlah formasi tata letak meja, kursi, pajangan dinding, dan perabot kelas yang lain sesuai dengan kesepakatan warga kelas dan kebutuhan. 
4)      Siapkan semua peralatan  yang akan digunakan di dalam ruang kelas sebelum memulai pembelajaran.
5)      Mulailah proses belajar mengajar dengan materi yang ringan  tetapi menantang yang dapat merangsang siswa turut aktif berfikir. Kemudian masuk pada materi yang akan kita ajarkan dengan senantiasa melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar. Misalkan senantiasa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang kita ajarkan agar siswa lebih mudah memahami materi yang kita berikan.
6)      Selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu serta dengan salam yang menghangatkan, yaitu salam penuh kasih dan hormat.
7)      Gunakan bahasa yang santun, hormat, dan dengan nada bicara yang lembut.
8)      Memahami dan menghormati berbagai perbedaan yang ada.
9)      Menghormati kerahasiaan setiap siswa
10)  Tidak merendahkan dan mencemooh siswa
11)  Memberi kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk bicara dan jangan mengintrupsi pembicaraan siswa
12)  Bila seorang siswa mengemukakan pendapat, jadilah pendengar yang baik dan selanjutnya berikan kesempatan kepada  siswa lain untuk memahaminya dan memberikan komentarnya.
13)  Memahami dan menghormati pendapat setiap siswa, bila perlu melancarkan kritik: gunakan bahasa yang mengayomi, dan bila kritik bersifat pribadi seyogyanya dilakukan di ruang khusus.
14)  Sekali waktu, berilah kesempatan kepada siswa untuk memberikan saran atau kritik guna perbaikan proses pembelajaran. 
15)  Sediakan waktu untuk berkomunikasi dengan siswa di luar kelas.

b.      Prosedur Pembelajaran Aktif
         Proses pembelajaran di kelas dapat dipandang sebagai tiga bagian kegiatan yang terurut, yaitu: kegiatan awal (pendahuluan), kegiatan inti, dan kegiatan akhir (penutup). Dengan demikian, strategi pembelajaran aktif dapat dirumuskan sebagai prosedur kegiatan yang mengaktifkan siswa pada setiap bagian kegiatan secara terurut. Prosedur tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1)      Prosedur Mengaktifkan Siswa Belajar Matematika Pada Awal Pembelajaran
Dimensi pertama dalam peristiwa belajar matematika adalah membangun sikap dan persepsi positif terhadap belajar dan matematika sebagai obyek belajar. Kesiapan mental untuk terlibat dalam pembelajaran mutlak dicapai dalam mengaktifkan siswa belajar matematika, oleh karenanya kegiatan membangunkan sikap dan persepsi positif siswa harus dilakukan sejak awal dimulainya pembelajaran. Hal yang harus dilakukan guru pada awal pembelajaran adalah membangunkan minat, membangunkan rasa ingin tahu, dan merangsang siswa untuk berfikir. Bila minat siswa, rasa ingin tahu siswa telah bangkit, serta  siswa telah terangsang untuk berfikir ini berarti siswa telah siap secara mental untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran matematika,  dan bila terjadi sebaliknya berarti secara mental siswa belum siap terlibat dalam pembelajaran.
Dengan memodifikasi strategi berbagi pengetahuan secara aktif, Silberman  (2006:100-102), mengawali kegiatan pembelajaran aktif dengan prosedur sebagai berikut:
a)      Tentukan rentang waktu yang pasti untuk kegiatan awal pembelajaran.
b)      Ucapkan salam pembuka yang menghangatkan siswa.
c)      Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran matematika yang akan diajarkan. Misalnya:
(1)   kata-kata untuk didefinisikan,
(2)   soal-soal sederhana dari aplikasi rumus yang telah dikenal,
(3)   pertanyaan tentang aplikasi matematika sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
b)      Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sebaik yang mereka bisa dan dalam waktu yang telah ditentukan.
c)      Perintahkan siswa untuk menyebar di kelas, menanyakan kepada temannya jawaban pertanyaan yang dia sendiri tidak tahu jawabannya, Doronglah siswa untuk saling membantu.
d)     Perintahkan untuk kembali ke tempat semula dan gunakan teknik tanya jawab untuk membahas jawaban yang mereka dapatkan.
e)      Gunakan pertanyaan-pertanyaan arahan sebagai upaya merangsang berfikir siswa menjawab pertanyaan yang tak satupun siswa bisa menjawab.
f)       Gunakan informasi-informasi yang diperoleh dalam kegiatan ini sebagai sarana untuk memperkenalkan topik-topik penting materi pelajaran dalam kegiatan inti.
Secara umum, manusia tidak menyukai suatu kegiatan yang kurang bervariasi. Oleh karenanya perlu dipilih kegiatan lain sebagai variasi kegiatan di atas. Berikut ini dapat menjadi alternatif pilihan.
(1)   Daftar pertanyaan dapat diganti dengan menyediakan kartu indeks dan perintahkan siswa untuk menuliskan satu informasi yang menurut siswa akurat tentang materi yang akan diajarkan.
(2)   Kegiatan menyebar dapat diganti dengan merotasi pertukaran pendapat antar kelompok belajar di kelas.

Metode dan media pemelajaran dalam Standar Proses Pendidikan


A.    Penggunaan Metode Pembelajaran
            Ada beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk megimplementasikan strategi pembelajaran yaitu antara lain adalah:
1.      Metode ceramah
      Adalah cara penyampaian pelajaran melalui pentutrana secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Kelebihan:
·         Murah dan mudah untuk dilakukan
·         Dapat menyajikan materi pelajran yang luas
·         Dapat memberikan pokok-pokok materi yang ditonjolkan
·         Guru dapat mengontrol kelas
·         Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana
Kelemahan:
·         Materi yang dikuasai siswa terbatas pada apa yang disampaikan guru
·         Mengakibatkan verbalisme
·         Membosankan
·         Sulit megetahui apakah siswa selurunya telah memahami materi yang disampaikan.
2.      Metode demonstrasi
      Adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi benda tertentu, baik sebenarnya maupun hanya tiruan.
Kelebihan:
·         Dapat menghindari verbalisme
·         Pembelajaran menjadi lebih menarik
·         Siswa mampu memandingkan teori dan kenyataan
Kelemahan:
·         Memerlukan persiapakn yang lebih matang
·         Memerlukan alat, bahan, dan tempat yang memadai
·         Memerlukan keterampilan dan keahlian guru secara khusus.
3.      Metode diskusi
      Adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,  serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998).
Kelebihan:
·         Dapat merangsang ide-ide kreatif siswa
·         Dapat melatih dan mebiasakan diri bertukar pikiran dalam menyelasaikan permasalahan
·         Melatih siswa mengungkapkan pendapat.
Kelemahan:
·         Sisa yang memeliki keterampilan berbicara sering mendominasi diskusi
·         Topik yang dibahas meluas sehingga penarikan kesimpulan menjadi kabur
·         Memerlukan waktu yang panjang
·         Sering terjadi perbedaan pedapat yang bersifat emosional dan tidak terkontrol.
4.      Metode simulasi
      Adalah cara penyajian pelajaran dengan mengunakan situasi tiruan untuk memahami konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu.
Kelebihan:
·         Dapat menjadi bekal siswa dalam menghadapi situasi sesungguhnya
·         Dapat mengembangkan kretivitas siswa dan menarik
·         Memupuk keberanian dan percaya diri siswa
·         Memperkaya pengalaman siswa untuk menghapdapi berbagai situasi sosial yang sesungguhnya
Kelemahan:
·         Pengalaman yang diberikan tidak selalu tepat atau sesuai dengan kenyataan
·         Terkadang tujuan pembelajran menjadi terabakan
·         Faktor psikologis siswa sering mempengaruhi dalam melakukan simulasi.

B.     Pemanfaatan Media dan sumber Belajar
1.      Fungsi dan manfaat pengggunaan media pembelajaran
      Secara khusus media pembelajaran memiliki fungsi an peran sebagai berkut:
·         Menangkap suatu objek atau peristiwa-peristiwa tertentu
·         Memanipulasi keadaan, peristiwa, atau objek tertentu
·         Menambah gairah dan motivasi belajar  siswa
2.      Klasifikasi dan macam-macam media pembelajaran
a.       Berdasarkan sifatnya
·         Media auditif              :  memiliki unsur suara
·         Media  audio               : hanya dapat dilihat, tanpa suara
·         Media audiovisual       : memiliki unsur suara dan unsur gambar
b.      Berdasarkan kemampuan jangkauannya
·         Media yang jangkauannya luas dan serantak seperti radio dan TV
·         Mesia yang jankauannya terbatas oleh ruang an waktu seperti film, video, dan sebagainya.
c.       Berdasarkan cara atau tejnik pemakaian
·         Media yang diproyeksikan seperti film strip, slide, tranparansi.
·         Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan.
3.      Prinsip-prinsip penggunaan media
            Ada sejumlah prinsip yang perlu diperhhatikan dalam penggunaan media pembelajaran:
a.       Media yang digunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran
b.      Media yang digunakan harus sesuai dengan meteri pembelajaran
c.       Media yang dignakan harus seseuai sengan minat, kebutuhan, dan kondisi siswa
d.      Media yang digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien
e.       Media yang digunakan harus sesuai dengan kemampuan guru dalam mengoperasikannya.
4.      Sumber belajar
           Sumber belajar adalah segala sesuatu yang digunakan oleh siswa dalam mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Beberapa sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dalam setting pembelajaran di kelas di antaranya adalah : manusia, alat dan bahan penagjaran, aktivitas, dan lingkungan.