SALAM

Assalamualaikum SELAMATDATANG DI BLOG DEVI LESTARI

Tuesday, September 25, 2012

Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran


Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan
Menurut Hamalik yang di kutip Azhar Arsyad (2002: 15) mengemukakan bahwa “Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psokologis terhadap siswa.”
Sedangkan menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992: 13) mengemukakan bahwa ”Media dapat digunakan dalam proses belajar mengajar dengan dua arah cara, yaitu sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang dapat digunakan sendiri oleh siswa.”
Levie dan Lentz yang di kutip Azhar Arsyad (2002: 16) mengemukakan bahwa “Ada empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual,yaitu (a) fungsi atensi, (b) fungsi afektif, (c) fungsi kognitif, dan (d) fungsi kompensatoris.”
Media pembelajaran, menurut Kemp dan Dayton dalam bukunya Azhar Arsyad(2002: !9) menyatakan bahwa “ Media pembelajaran dapat memnuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan, kelompok, atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya, yaitu(1) memotivasi minat atau tindakan, (2) menyaikan informasi dan(3) memberi instruksi.”
Menurut Kemp dan Dayton dalam bukunya Azhar Arsyad (2002: 21) bahwa penggunaan media pembelajaran sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung dapat menunujukkan dampak yang positif bagi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1)      Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku
2)      Pembelajaran bisa lebih menarik
3)      Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi siswa, umpan balik dan pengetahuan.
4)      lama waktu pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat kerana kebnyakan mdia hanya memerlukan waktu sinhkat untuk mengantarkan pesan dam sis pelajaran dalam jumlah yang cukup banyak dan kemungkinanya dapat diserap oleh siswa.
5)      Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilaman integrasi kata dan gambar sebagai media pembelajaran dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan cara yang terorganisasikn dengan baik, spesifik, dan jelas.
6)      pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan secra individu.
7)      Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
8)      peran guru dapat berubah kea rah yang lebih positif: beban guruuntuk menjleskan yang berulang-ulang mengenai isi elajaran dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat memusatkan perhatian kepada aspek penting lain dalam proses belajar mengajar.

Sudjana dan Rivai dalam bukunya Azhar Arsyad (2002: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1)      pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar;
2)      bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3)      metode mengajar akan bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga tidak bosan da guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap pelajaran;
4)      siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab hanya mendengarkan uaraian guru, tetapi juga aktivitas lain sperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
Menurut Encyclopedia of Educatioanal Reseach dalam Hamalik yang dikutip Azhar Arsyad (2002: 25) merincikan manfaat media pendidikan sebagai berikut:
1)      meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, oleh karena itu mengurangi verbalisme.
2)      memperbesar perhatian siswa
3)      meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembanganbelajar, oleh karena itu membuat pelajaran lebih mantap.
4)      memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan siswa.
5)      menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu, terutama melalui gambar hidup.
6)      membantu tumbuhnya pengertian yang dapat membantu perkembangan kemampuan berbahasa
7)      memberikan pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, dan membantu efisiensi dan keragaman yang banyak dalam belajar.
Sedangkan peran media pembelajaran menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (1992: 14) adalah sebagai berikut:
1)      Media mampu memperlihatkan gerakan cepat yang sulit diamati dengan cermat oleh mata biasa.
2)      Media dapat memperbesar benda-benda kecil yang tak dapat dilihat oleh mata telanjang.
3)      Sebuah objek sangat besar tentu saja tidak dapat dibawa kedalam kelas.Objek yang telalu kompleks misalnya mesin atau jariangan radio, dapat disajikan dengan menggunakan diagram atau model yang disederhanakan.
4)      Media dapat menyajikan suatu proses atau penglaman hidup yang utuh.
Menurut Gagne’s  M Robert ( 2002: 212) menyatakan tentang manfaat media pendidikan terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut “Some educators are convinced that learnes differing in”learning styles” may benefit most from media presentations that match their styles. What these learning stlyes differences are and wheather they may be efective with different media has not been definityly established.”
Berdasarkan  uraian di atas dapat dikatakan bahwa beberapa pendidik atau guru mempunyai gaya yang berbeda dalam mengadakan pembelajaran, yang menyebutkan bahwa gaya atau model pembelajaran guru yang diadakan akan lebih bermanfaat dengan menggunakan media, serta pembelajaran yang diadakan akan lebih efektif dengan menggunakan media yang berbeda secara berkelanjutan. Maksudnya adalah pembelajaran akan lebih efektif jika penggunaan media pembelajarn tersebut tidak monoton, tetapi diavariasikan dengan media yang lainnya secara bervariasi. Dalan hal ini diharapkan dapat membantu siswa untuk lebih berminat dalam mengikuti pelajaran, karena dengan penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran dapat mempermudah siswa dalam menerima pelajaran sehingga siswa mendapat nilai yang lebih tinggi.
Menurut Gagne’s  M Robert ( 2002: 212) menyatakan tentang pengajar yang mempunyai kemampuan rendah dalam pembelajaran akan mengalami kesulitan  jika hanya menggunakan halaman yang diprint adalah sebagai berikut :
Learners who score low in this ability will undoubtedly have difficulty in learning from the printed pag without media. Because this ability is cloosy correlated with performance in oral language understanding, low ability learners are also likely to learn poorly from speech that is semantically complex.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa pengajar yang mengajar tanpa menggunakan media, maka pengajar akan lebih sulit dalam mengajar, hal ini akan dapat mempengaruhi hasil belajar serta pemahaman dari siswa, karena pengajar yang mempunyai kemampuan rendah dalam pembelajaran akan mempengaruhi materi yang disampaikan sehingga materi yang disampaikan akan lebih sulit untuk diterima oleh siswa dan hal ini akan menyebabkan pencapaian nilai  yang rendah, karena pelajaran yang di terima tidak sesuai dengan  kenyataan dan hal ini akan lebih sulit lagi karena pelajaran hanya menggunakan kata-kata sehingga lebih komplek.
“Penggunaan media pendidikan dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi berbagai kemampuan siswa”. (Azhar Arsyad, 2002: 24). Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan media pendidikan dalam pembelajaran akan lebih mempunyai makna bagi berbagai kemampuan siswa baik kognitif, afektif ataupun psikomotoriknya, sehingga dengan penggunaan media pendidikan dalam proses belajar mempunyai dampak yang positif terhadap kemampuan siswa.
Pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat meningkatkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu media juga berguna untuk membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya. “Media dapat meningkatkan pengetahuan, memperluas pengetahuan, serta memberikan fleksibilitas dalam penyampaian pesan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar”. (Angkowo dan A Kosasih, 2007: 27 ).
Media pembelajaran yang digunakan dalam sebuah pembelajaran dapat meningkatkan daya tarik siswa  terhadap pelajaran yang disampaikan, hal itu disebabkan jika dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang di ajarkan, maka siswa akan memiliki pandangan serta pengetahuan yang lebih konkrit  dan dapat digunakan sebagai alat pengingat bagi siswa. Media pembelajaran dapat meningkatkan daya tarik sehingga dapat memberikan rangsangan untuk belajar hal ini di sebabkan karena materi pelajaran di kemas dalam bentuk lain dari biasanya yaitu dengan menggunakan media, maka dengan begitu daya tarik siswa akan meningkat terhadap pelajaran, jika sudah tertarik mereka akan mempunyai motivasi untuk belajar sedangkan motivasi sangat berpengaruh dalam pencapaian hasil belajar pada seorang siswa.
Media pendidikan dapat di pakai sesuai dengan kebutuhan baik oleh pengajar ataupun oleh siswa, maksudnya adalah penggunaan media dapat digunakan dan di sesuaikan dengan materi yang berkaitan  sehingga dapat memperjelas penyajian materi yang di sampaikan oleh pengajar sedangkan siswa juga dapat menggunakan media pendidikan sebagai sarana penunjang belajar. Dari hal tersebut seorang pengajar dapat memanfaatkan media yang ada misalnya gambar yang termuat dalam media cetak atau internet maupun sumber – sumber belajar lainnya yang berkaitan sehingga dapat digunakan untuk menerangkan tentang mata pelajaran PKn pada standar kompetensi menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya dengan kompetensi dasar memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, karena dengan adanya penggunaan media siswa mempunyai daya tarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Motivasi muncul karena dalam diri seorang siswa terdapat dorongan yang sangat kuat untuk melakukan sesuatu yang di anggapnya perlu untuk dilakukan demi kebaikannya. Motivasi belajar siswa dapat terdorong jika pelajaran yang di ajarkan dapat menarik minat serta dapat membuat siswa menjadi ingin tahu.

Teori-Teori Pembelajaran matematika


1.  Teori Thorndike
Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike disebut juga dengan koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukkan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum kesiapan (lawofreadiness), hukum latihan(lawofexercise) dan hukum akibat(lawofeffect).
2.  Teori Skinner
  •   Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar.
  •   Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subjektif.
  •   Pengutan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur.
  •   Dalam teori Skinner dinyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif.Contoh penguatan positif diantaranya adalah pujian yang diberikan pada anak setelah berhasil menyelesaikan tugas dan sikap guru yang bergembira pada saat anak menjawab pertanyaan.
  •   Skiner menambahkan bahwa jika respon siswa baik(menunjang efektivitas pencapaian tujuan)harus segera diberi penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi,atau minimalnya perbuatan baik itu dipertahankan
3.    Teori Ausubel
  •  Teori ini terkenal dengan belajar bermaknanya dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai.
  •   Bahan pelajaran akan lebih mudah dipahami jika bahan itu dirasakan bermakna bagi siswa
  •   Kebermaknaan: sesuai dengan struktur kognitif, sesuai struktur keilmuan, memuat keterkaitan
  •   Seluruh bahan (ihtisar/resume/rangkuman/ringkasan/bahan/peta)‏
  •   Peta konsep adalah bagan / struktur tentang keterkaitan seluruh konsep secara terpadu / terorganisir (herarkhis, distributive/menyebar)‏
  •   Ausubel membedakan antara belajar menemukan dan belajar menerima.Dalam belajar menerima siswa hanya menerima dan tinggal meghapalkan materi.Sedangkan pada belajar menemukan,siswa tidak menerima pelajaran begitu saja,tetapi konsep ditemukan oleh siswa.
  •   Belajar bermakna lebih dilakukan dengan metode penemuan (discovery). Namun demikian, metode ceramah (ekspositori) bisa juga menjadi belajar bermakna jika berlajarnya dikaitkan dengan permasalahan kehidupan sehari-hari, tidak hanya sampai pada tahap hapalan; bahan pelajaran harus cocok dengan kemampuan siswa dan sesuai dengan struktur kognitif siswa.

4.  Teori Gagne
Menurut Gagne ada dua objek belajar matematika, yaitu:
a. Objek langsung (fakta, keterampilan, konsep, dan aturan-aturan
(principle)
b.  Objek tak langsung (kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri, bersikap positif terhadap matematika, tahu
bagaimana semestinya belajar)
Delapan tipe belajar Gagne:
a. Isyarat
b. Stimulus respon
c. Rangkaian gerak
d. Rangkaian verbal
e. Belajar membedakan
f. Pembentukan konsep
g. Pembentukan aturan
h. Pemecahan masalah
5.    Teori Pavlov
Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan(conditioning). Dalam kegiatan belajar,  agar siswa belajar dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, agar siswa mengerjakan Pekerjaan Rumah dengan baik, biasakanlah   dengan memeriksanya, menjelaskannya, atau member nilai terhadap hasil pekerjaannya. 
6.     Teori baruda (Belajar dengan Meniru)
Baruda melihat juga adanya kelemahan dalam teori Skinner, yaitu bahwa respon yang diberikan siswa yang kemudian diberi penguatan tidaklah esensial, menurutnya yang eseinsial adalah bahwa seseorang akan belajar dengan baik melalui peniruan, melalui apa yang dilihatnya dari seseorng, tayangan, dll yang menjadi model untuk ditiru. Pengertian meniru ini bukan berarti mencontek,tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh orang lain,terutama guru.
Jika tulisan guru baik, guru berbicara sopan santun dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar,tingkah laku yang terpuji,menerangkan dengan jelas dan sistematik,maka siswa akan menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik iapun menirunya.Dengan demikian guru harus menjadi manusia model yang professional.
7.    Teori Piaget
Jean Piaget menyebutkan bahwa struktur kognitif sebagai Skemata(Schemas), yaitu kumpulan dari skema- skema.Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya schemata ini.
Skemata ini berkembang secara kronologis,sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya,sehingga individu yang lebih dewasa memliki struktur kognitif yang lebih lengkap dari pada ketika iamasih kecil.
Tahap perkembangan kognitif:
Tahap Sensori Motor (sejak lahir sampai dengan 2 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini,pengalaman diperoleh melalui perbuatan fisik(gerakan anggota tubuh)dan sensori(koordinasi alat indra).
•  Tahap Pra Operasi(2 tahunsampaidengan7 tahun)
Ini merupakan tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit.Operasi konkrit adalahberupa tindakan- tindakan kognitif seperti mengklasifikasikan sekelompok objek,menata letak benda berdasarkan urutan tertentu,dan membilang.
•  Tahap Operasi Konkrit(7 tahunsampaidengan11 tahun)
Umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami konsep kekekalan, kemampuan mengklasifikasi,  mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berfikir reversible.
Tahap Operasi Formal (11 tahundanseterusnya)
Tahap ini merupakantahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitas. Anak pada tahap ini sudah mampu malakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan objek atau peristiwanya langsung, dengan hanya menggunakan simbol-simbol, ide-ide, abstraksi dan generalisasi.
8.  Teori Bruner
Jerome Brunner menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran anak diarahkan pada konsep-konsep dan struktur- struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan,disamping hubungan yang terkait antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut.
Bruner menyarankan keaktifan anak dalam proses belajar secara penuh agar anak dapat mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalam bahan yang sedang dibicarakan,sehinggaanakan memahami materi yang harus dikuasai.
Dalam proses pembelajaran hendaknya siswa diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda dengan menggunakan media pembelajaran matematika.Melalui penggunaan media pembelajaran matematika yang ada,siswa akan melihat langsung keteraturan dan pola strukur yang terdapat dalam penggunaan media pembelajaran matematika yang diperhatikannya.
Tahapan belajar menurut Brunner
1. Tahap enaktif
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek.
2. Tahap ikonik
Tahapan dimana kegiatan siswa berhubungan dengan mental, merupakan gambaran dari objek yang dimanipulasinya.
3. Tahap simbolik
Tahapan dimana anak-anak memanipulasi simbol-simbol atau objek tertentu.
9.    Teori Gestalt
Gestalt menyatakan bahwa penguasaan akan diperoleh apabila ada prasyaratndan latihan hafal atau drill yang diulang-ulang sehingga tidak mengherankan jika ada topic-topik di tata secara urut seperti perkalian bilangan cacah kurang dari sepuluh ( Rosseffendi,19993:115-116).
Tokoh aliran ini adalah John Dewey.Ia mengemukakan bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan oleh guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini:
a. Penyajian konsep harus lebih mengutamakan pengertian
b. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus memperhatikan kesiapan intelektual siswa.
c. Mengatur suasana kelas agar siswa siap belajar.
10.    Teori belajar W. Brownell
Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika merupakan belajar bermakna dan pengertian hal ini sesuai dengan teori Gestalt yang menyatakan bahwa latihan hafal atau drill sangat penting dalam kegiatan pembelajaran yang diterapkan setelah tertanamnya pengertian (Ruseffendi, 1993: 117).
11. Teori Dienes (Joyfull Learning)
Zoltan P.Dienes adalah seorang matematikawan yang memfokuskan perhatiannya pada cara pengajaran.Dienes menekankan bahwa dalam pembelajaran sebaiknya dikembangkan suatu proses pembelajaran yang menarik sehingga bisa meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran matematika.
12. Teori Polya
Pemecahan masalah merupakan aktivitas intelektual yang paling tinggi. Pemecahan masalah harus didasarkan atas adanya kesesuaian dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa, supaya tidak terjadi stagnasi.
Tahapan pemecahan masalah:
1) Memahami masalah
2) membuat rencana/cara penyelesaian masalah
3) menjalankan rencana/menyelesaikan masalah
4) melihat kembali/recek.

13. Freudenthal dan Treffers (RME: Realistic Mathematics Education)‏ 
•       pematematikaan: horizontal (H), diteruskan Vertikal (V);
realistic (H+,V+)‏
•       mekanistik (drill & practice: (H- dan V-); empiris (H+, V-);
strukturilistik (H-, V+)‏
14. Teori Van Hiele
Tahap perkembangan siswa dalam memahami geometri:
1) Pengenalan
2) analisis
3) pengurutan
4) deduksi
5) keakuratan (rigor)
Menurut Van Hiele ada tiga unsure dalam pengajaran matematika yaitu waktu,materi pengajaran danmetode pengajaran,jika ketiganya ditata secara terpadu maka akan terjadi peningkatan kemampuan berfikir anak kepada tingkatan berfikir lebih tinggi
15. John Dewey (CTL) 
•      mengkaitkan bahan pelajaran dengan situasi dunia nyata
•      mendorong siswa menghubungkan yang dipelajari dengan kehidupan sehari-hari, pengalaman sesungguhnya dan penerapannya / manfaatnya
•      strategi: authentic, inkuiri, praktek kerja, pemecahan masalah
16. Aliran latihan mental
Otak diibaratkan seperti otot, jika ingin kuat harus sering dilatih, makin keras dan sulit latihannya akan lebih baik hasilnya.

17. Teori Tollman
Sesungguhnya, pada tahun 1930 pakar psikologi AS Edward C. Tolman sudah meneliti proses kognitif dalam belajar dengan penelitian eksperimen bagaimana tikus belajar mencari jalan melintasi maze (teka-teki berupa jalan yang ruwet). Ia menemukan bukti bahwa tikus-tikus percobaannya membentuk “peta kognitif” (atau peta mental) bahkan pada awal eksperimen, namun tidak menampakakan hasil belajarnya sampai mereka menerima penguatan untuk menyelesaikan jalannya melintasi maze—suatu fenomena yang disebutnya latent learning atau belajar latent. Eksperimen Tolman
menunjukkan bahwa belajar adalah lebih dari sekedar memperkuat respons melalui penguatan.
18. Teori Clark Hull
Clark Hull mengemukaan konsep pokok teorinya yang sangat dipengaruhi oleh teori evolusi. Menurutnya tingkah laku seseorang berfungsi untuk menjaga kelangsungan hidup.
19. Teori Bloom dan Krathwohl
Teori Bloom dan Krathwohl mengemukakan tiga hal yang bisa dikuasai oleh siswa, meliputi: ranah kognitif, ranah psikomotor dan ranah Afektif. Tiga ranah itu tercakup dalam teori yang lebih dikenal sebagai Taksonomi Bloom.
20.  Teori Kolb
Kolb membagi tahapan belajar ke dalam empat tahapan, yaitu:
a. pengalaman konkret
b. pengamatan aktif dan reflektif
c. konseptualisasi
d. eksperimentasi aktif
21. Teori Habermas
Habermas berpendapat bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia. Lebih lanjut ia mengelompokkan tipe belajar menjadi tiga bagian, yaitu:
a. belajar teknis
b. belajar praktis
c. belajar emansipatoris
22.  Teori Landa
Menurut Landa ada dua proses berpikir. Pertama disebut proses berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir linier, konvergen, lurus menuju ke satu sasaran. Jenis kedua adalah cara berpikir heuristik, yakni cara berpikir divergen menuju ke beberapa sasaran sekaligus.
23. Teori Pask dan Scott
Pask dan Scott juga membagi proses berpikir manjadi dua macam. Pertama pendekatan serialis yang menyerupai pendekatan algoritmik yang dikemukakan Landa. Jenis kedua adalah cara berpikir menyeluruh yaitu berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi.